Tetiba setelah shalat tarawih, salah seorang ibu tetangga di perumahan saya curhat tentang anak perempuannya.. Pertanyaan awalnya adalah tentang rukyah.. Iya betul beliau bertanya kepada saya apakah saya punya kenalan ustadz yang bisa merukyah.. Kemudian saya menyebutkan nama ustadz Badruzaman yang qodarullah rumahnya masih terhitung dekat dari perumahan kita.. Setelah saya tanya lebih lanjut ternyata yang bermaksud mau dirukyah adalah putri pertamanya yang masih berumur 7-8 tahun dan sekarang sudah naik kelas 2 di sebuah SDIT ternama di Kota Depok (yang uang pangkalnya paling mihil mungkin ya).. Harapan orang tuanya baik, agar sang anak tentu menjadi lebih baik pemahaman agamanya daripada kedua orang tuanya.
Sebelumnya sang ibu bekerja di salah satu bank swasta dan cukup sukses, tapi sekitar setahunan ini beliau memutuskan resign dan berkarier di rumah saja untuk lebih mengurusi kedua anaknya.. Setelah beliau curhat inilah saya baru tahu ternyata ini salah satu alasannya..
Putri pertamanya tadi ternyata hampir setiap malam tidur di atas jam 10.. Rata-rata jam 11 malam.. Selama itu sang putri yang masih belia ini ternyata menonton sinetron di salah satu televisi.. Dan ternyata ini sudah berlangsung lama.. (soalnya di kamarnya disediakan tv hiks, dan ini totally wrong ya).. Selain menonton, biasanya ia dandan2, ngobrol sendiri menirukan adegan di sinetron yang ditontonnya.. Kalau diminta mematikan tv, biasanya langsung beralih ke tablet-nya.. dan tetep main2 games jadinya.. Dan sedihnya ini pun berpengaruh pada perilakunya.. Ia menjadi susah diatur, marah-marah ketika dilarang orang tuanya.. Kalau sudah marah, mungkin bisa seperti orang yang kesurupan hehe.. Itulah kenapa sang ibu meminta saya mencarikan ustadz untuk merukyah hehe.. Masukan lain dari kakek neneknya, adalah mengganti namanya hihi..
Dengan hati-hati saya menyampaikan argumentasi saya tentang solusi permasalahan ini.. Karena khawatir nanti malah tersinggung.. Soal mengganti nama, Rasulullah pernah menyuruh salah seorang di masa beliau dulu karena memang artinya jelek, kalau putrinya saya rasa arti namanya pun bagus.. Tidak perlu mengganti nama lah.. Ribet juga nanti persuratannya hehe.. Soal rukyah, saya juga berpikir belum perlu.. Yang perlu dilakukan saat ini adalah mengubah kebiasaannya yang sudah terlanjur mengakar kuat ini.. TV di kamar saya rasa harus disingkirkan terlebih dahulu, alihkan semua kegiatan yang berhubungan dengan benda2 yang membuatnya kecanduan.. Membaca buku, membuat prakarya, memasak dan lain sebagainya.. Apalagi sang ibu sekarang di rumah ya.. Kalaupun mau rukyah, ya baca saja dzikir pagi dan petang rutin setiap hari bersama anaknya.. Tapi ya itu, kadang ibunya pengen nonton sinetron juga katanya hehe.. Eh tapi saya juga kadang-kadang nonton drama korea koq.. Tapi ya itu pintar-pintar memilih waktu dan tidak boleh kebanyakan sampai melalaikan semua tugas dan kewajiban.. Awalnya mungkin berat membentuk kebiasaan baru.. Tapi asal konsisten, Insya Allah lama-lama semua akan jadi terbiasa..
Ngomong-ngomong soal terbiasa, sering kali saya terima pertanyaan soal syafiq yang memang terbiasa sholat berjama'ah di masjid.. dari kecil dulu, syafiq anteng sekali kalau dibawa ke mesjid.. hampir tak pernah membuat keributan seperti kebanyakan anak kecil lainnya.. Alhamdulillah memang karakternya seperti itu, cenderung pendiam.. tapi Alhamdulillah untuk hal-hal yang dia ingin ketahui, pendiamnya berubah lebih cerewet karena rasa ingin tahunya yang besar.. Pun sholat tarawih dengan imam yang membaca surat-surat panjang Syafiq malah senang, padahal baru saja kemarin saya dengan curhatan ibu yang lain di komplek yang anaknya tidak mau ke mesjid lagi karena trauma dengan sholat tarawih yang bacaannya panjang hehe.. Padahal ya di komplek kami ga sampai 1 juz satu malam.. Dengan 11 rakaat dan imam yang membaca dengan baik dan indah sesuai kaidah padahal akan lebih khusyu sholatnya dibanding yang bacaannya buru-buru ya..
Inilah yang saya selalu sampaikan ketika ditanya tentang Syafiq.. Semua karena terbiasa.. Siapa yang membiasakan? tentu saja orang tuanya.. Ayahnya yang membiasakannya berjamaah di masjid. Pun saya yang terbiasa membacakan ayat-ayat Qur'an untuk dihafalnya, memperdengarkannya dengan murottal dan juga memuroja'ah hafalannya setiap malam..Apa Syafiq ga pernah main games? Sama seperti anak lainnya, Syafiq pun suka bermain.. Tapi yang pasti saya pastikan jadwal-jadwalnya.. Pernah suatu hari Syafiq mengatakan jujur kepada saya seperti ini..
" Bunda, jangan marah ya.. Tadi Syafiq main ps di rumah Orkan?"
" Oh ya? Main game apa nak di PS-nya Orkan? Berapa lama Syafiq mainnya? "
" Main ps bola.. Tadi mainin bla, bla... "
Yang pasti saya sangat menghargai kejujurannya.. Tak lupa saya ingatkan untuk terus bercerita apapun yang dia lalui ketika saya tak ada disisinya.. PS Bola is ok, tapi PS itu juga banyak games lain yang tidak baik muatannya.. Ibu orkan pun saya kenal baik, Insya Allah mudah-mudahan sama selektifnya memilih game untuk dimainkan di PS.. Subhanallah, saya ingat di sebuah seminar parenting.. Tak apa anak melakukan hal yang disukainya, tapi tetap kita membangun benteng dalam dirinya.. Value dasar yang mengakar kuat, sehingga nanti nilai-nilai lain yang tidak sesuai dalam dirinya akan terpinggirkan dengan sendirinya.. Dan untuk ini kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya pada sekolah.. Value dari keluarga akan lebih lekat dalam diri anak kita..
Memang Syafiq belum seperti Musa yang Subhanallah diusia yang masih sangat belia hampir menyelesaikan 30 juz hafalannya, tapi saya tak patah arang mendoakan dan memotivasinya untuk menambah terus hafalannya.. Hal ini juga secara otomatis memotivasi saya untuk terus menambah hafalan saya.. Kami sungguh iri dengan keluarga-keluarga di Gaza sana.. Yang dalam kondisi jauh lebih sempit daripada kami tapi masih bersemangat menghafal Al-Quran.. Berlomba dalam kebaikan.. Insya Allah semoga Allah memberkahi keluarga kami, keluarga seluruh kaum muslimin di seluruh dunia dengan cahaya AlQuran.. Bukan hanya menghafalnya, tapi tentu saja yang paling penting mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari..