Hari senin kemarin, ada kejadian tidak menyenangkan dibikun UI. Buat yang belum tahu, bikun itu akronim dari bis kuning. Dinamakan bis kuning, karena memang warnanya kuning. Bis kampus yang setia mengantarkan mahasiswa2 UI dari satu titik ke titik lain di kampus UI. Sejak awal masuk kampus, memang ada pemandangan yang rada aneh. Biasa ada beberapa anak -anak usia SD yang menjajakan koran pagi disore hari (saya tidak tahu apakah disiang hari juga karena saya kuliah malam. Awalnya saya simpati, tapi lama kelamaan saya mulai kehilangan rasa itu. Sebabnya, seringkali mereka terlalu memaksa. Betul memang harga koran yang ditawarkan hanya di kisaran 2000-3000 rupiah saja. Tapi kadang kelebayan mereka dalam mengundang belas kasihan membuat saya ilfil. Bahkan beberapa kali mereka sering bilang ibunya sakit. Dari sakit ginjal sampai sakit kanker. Wallahu'alam entah itu benar atau tidak.. yang pasti hal itu sering mereka ulang-ulang. Terkadang saya memberi saja toh karna saya tak membutuhkan koran itu sebetulnya...
Balik ke kejadian senin sore, tak biasanya ada anak yang lebaynya super akut bahkan menjurus tidak sopan. Dia berjalan sempoyongan di tengah bis yang sedang berjalan, mengiba-iba seperti mau menangis dengan sangat tidak etis karena cenderung memojokkan badannya ke penumpang. Kebetulan persis didepan saya duduk. Padahal kursi lain kosong loh. Akhirnya karena risih saya memberikan selembar uang. (catat karna risih ya bukan kasian, ya Allah maafkan hamba-Mu ini). Tak berapa lama bis berhenti di halte pemberhentian. Beberapa orang turun, tapi dia masih belum turun juga. And u know what, he asked me again ! finally, i can't stand it anymore. Saya akui nada suara saya sedikit meninggi. "Loh kan tadi udah?" teman saya juga ikut gregetan, menimpali: "kalo kayak gitu sih kamu jadi ngeselin tau de, bukannya kasian."
Baru pertama kali liat anak yang lebaynya super. Sebelum turun, saya sempat mengajak ngobrol anak yang lain. Ternyata mereka juga tidak kenal dengan anak yang baru saja meminta uang pada saya. Demi azas keadilan saya pun menyerahkan lembaran uang seribuan pada dua anak lainnya yang setidaknya menurut saya lebih manis kelakuannya. Saya tahu sebetulnya memberi uang pada anak-anak itu bukanlah hal yang mendidik. Mereka harus segera diselamatkan jiwanya. Mereka harusnya jadi generasi yang berani berdiri diatas kakinya sendiri untuk berusaha. Bukan meminta-minta. Apalagi hal ini sudah berlangsung bertahun2.. Sedih, belum punya solusi. apapun. Hanya bisa mengomel, berkomentar... Hanya bisa mendoakan semoga kelak mereka bisa berubah. Berjualan sajalah dek, itu lebih mulia.. Lebih berkah, karena tak ada yang bersumpah serapah. Tak ada pula yang mengomel dan menghardik, ataupun curcol di blog ini hehe...
No comments:
Post a Comment